Rabu, 18 Maret 2015

Kesesatan
Karya : Lily Nurindah

Duri kau tabur dari tatapan
Kau rajam aku, dalam kenikmatan
Terkekang, saat cinta butuh kebebasan
Rapuh dan menyerah pada keadaan

Hanya diri sedang kesesatan
Kematian
Karya : Lily Nurindah

Helaan napas perlahan hilang
Sebagai tanda hidup di ujung tiang
Sang insan pasrah dengan tujuan

Karena jasad sudah tak bertuan
Kehidupan

Karya : Lily Nurindah

Ombak mengibas
Lantunannya membawa pesan
Butiran pasir hanyut dalam buaian
Terkikis, perlahan menepi
Takkan habis dimakan zaman

Begitu pula kehidupan
                                                                                                                 

Realita Pelajar Suka Pacaran

Kata pacaran sudah tidak asing lagi bagi kita. Ketika saya menginjak usia 5 tahun, pacaran menurut saya adalah suatu hal yang boleh diketahui hanya untuk orang dewasa saja. Namun pada saat ini, anak bauk kencur saja, alias masih SD sudah sangat paham dengan pacaran. Kita dapat melihat realita itu di sosial media, contohnya Facebook. Tidak rahasia umum lagi anak bauk kencur itu mengumbarkan kemesraannya lewat kata-kata cinta dan foto-foto mesra. Panggilan kasih sayangnya saja layaknya sudah sah menikah, mereka sering memanggil kekasihnya dengan panggilan “Ayah, Bunda”, kalau mau yang lebih islami “Abi, Umi”. Tidakkah mereka sadari bahwa masa-masa kecil mereka telah dirampas dengan itu semua.

Kalau kita mengulas lebih dalam, pada masa SD kita seharusnya masih bermain dengan kebebasan hati dan pikiran kita. Kita sering bermain Tram-trambuku, patok lele, Wak-wak Udin, Cabut Ubi, dan lain sebagainya. Tapi sekarang? Semua seakan raib dan benar-benar hilang. Mereka lebih suka berkumpul di warnet, dan bergaya layaknya artis sinetron televisi.


            Sangat disayangkan, padahal masa-masa indah itu tidak akan kembali. Kalaulah saja kita sabar dan telah terbentengi akhlak dan etika yang mulia, kita pasti dapat mengikuti perkembangan zaman ini kearah yang lebih positif.