Menulis
Menulis
adalah suatu kegiatan positif bagi siapapun. Namun, banyak orang yang tidak
menyadari hal itu. Di zaman yang sangat modern dan instan ini, menjadi
bertambahnya daftar buruk bagi penulis. Ini dikarenakan pola fikir manusia yang
semakin instan dan malas untuk berfikir terutama buat menulis. Mereka cederung menjiplak
kata-kata yang sudah ada, tanpa harus dikeluarkan dari hasil pemikiran mereka
sendiri.
Banyak
kalangan masyarakat saat ini, mulai meninggalkan kegiatan menulis. Terutama
bagi kaum-kaum penerus, yaitu kaum muda. Kita dapat melihat keadaan sekitar
kita. Jangankan untuk menulis, menuntut ilmu saja, mereka acuh tak acuh.
Termasuklah aku yang menjadi korbanya.
Aku ingin meluapkan semua emosi dalam
fikiran dengan sentuhan seni kreatifitas menulis. Ide selalu datang, kala aku
terdiam. Khayalku melayang menceritakan kehidupan yang menjadi impianku. Namun,
waktu sering tidak tepat. Terkadang inspirasi itu hadir dengan suasana yang tidak memungkinkan, seperti di kamar
mandi. Tidak mungkin saat mandi, aku sibuk mencari secarik kertas dan pena
hanya sekedar menulis ide yang aku dapat. Sayangnya, kejadian itu, sering aku
alami. Keadaan itu diperparah, ketika aku memegang sebuah pena, dan memandangi
selembar kertas putih untuk meluapkan isi dari fikiranku. Hasilnya, tak segorespun dapat tertuang. Aku
bingung dengan keadaan itu.
Menulis
menjadi beban bagiku. Beban menjadi momok hidupku. Saat aku mengingat akan menulis,
kataku dalam hati selalu malas. Malas telah menjadi sugesti dari diriku. Itulah
yang membuat aku sulit untuk menulis. Padahal banyak yang ingin aku tuangkan
dari benakku. Aku berfikir, bagaimana cara agar aku bisa menulis, walapun hanya
satu paragraf.
Aku coba untuk searching di google, mencari
tips –tips menulis. Akupun mulai mencari di web
page, aku ketikkan huruf “g”, malah keluar tulisan “facebook”, dan saat
itulah aku lupa dengan tujuan awalku, yaitu menulis. Ironi bukan?
Semua
terjadi tanpa aku sadari. Banyak waktu terlewati dengan sia-sia. Akupun
menyesal kemudian. Rasa penyesalan itu, memupuk rasa bersalah, dan membuat aku
semakin malas untuk menulis. Sampai akhirnya, aku mencoba membiasakan diri
dengan menceritakan perihal yang aku alami. Ini adalah awal bagiku. Tanpa
terasa aku telah menulis hingga dua halaman kertas. Benar saja, jika aku
mengubah pola fikirku tentang menulis, aku pasti bisa menulis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar